Minggu, 27 November 2011

BERDOA UNTUK KALAH

Si Ugal adalah siswa SD kelas V di sebuah SDN yang berdiri di kawasan elit (ekonomi sulit) yang mempunyai hobi olahraga lari. Setiap hari Ugal berlari dari rumah menuju sekolahnya karena takut telat, sebab sebelum berangkat sekolah Ugal mesti ke pasar untuk membantu orang tua nya yang mempunyai warung kecil, setiap hari Ugal ke pasar membantu orang tua belanja kebutuhan warung. Jarak dari rumah ke sekolah +\- 1 km, sehingga kalau tidak berlari, Ugal bisa telat.

Kebiasaan berlari Ugal ternyata membawa manfaat, si Ugal menjadi pelari tercepat disekolahnya, hal ini terlihat ketika bermain benteng-bentengan, sepak bola dan kejar2an, si Ugil selalu menang dalam hal adu lari.

Suatu saat di kota si Ugal diadakan Lomba Atletik antar sekolah, Ugal ditunjuk mewakili sekolah untuk lomba lari cepat. ugal sangat senang dan bersemangat mengikuti lomba lari cepat.

Ugal hanya punya satu sepatu yang digunakan untuk sekolah sehingga dalam lomba ini Ugal memakai sepatu yang biasa dia gunakan ke sekolah, sementara peserta dari sekolah yang lain banyak yang menggunakan sepatu khusus untuk lari cepat.

Tanpa di duga ternyata Ugal berhasil masuk babak final, si Ugal sangat suuenang, namun masalahnya sepatu satu2nya milik Ugal rusak, setelah digunakan untuk 3 (tiga) kali pertandingan, namun si Ugal tetap semangat untuk bertanding dan menambal sepatunya dengan selotip dan tali rafia.

Ketika pertandingan final akan dimulai, si Ugal berdoa di dekat garis start, begitu pula dengan beberapa peserta. Si Ugal terlihat berbeda karena sepatu yang digunakan nampak belel, ada selotif dan tali rafia, sementara peserta yang lain menggunakan sepatu yang lebih baik.

Wasit memberikan aba-aba....dan yakk... semua peserta berlari dengan cepat sampai garis finish, ternyata si Ugal mencapai garis finish paling cepat... dan menjadi JUARA ke I....

Teman-teman dan guru si Ugal menyambut dan mengelu-elukan Ugal dengan gegap gempita... Guru si Ugal bertanya "Kamu tadi berdoanya gimana kok bisa menang?" jawab si Ugal "Saya tadi berdoa, Tuhan berilah saya kekuatan untuk tidak menangis jika saya kalah"

Loh ?????!!!!     

Jumat, 18 November 2011

TERSURAT DAN TERSIRAT

Seorang pedagang yang sukses, suatu saat ingin mewariskan 2 (dua) toko yang dimilikinya kepada 2 (dua) orang anaknya, lokasi toko di kota yang berbeda. Anak pertama bernama Ugal dan anak kedua bernama Agil, mereka berdua mendapat toko yang sama barang dagangannya.

Ketika menyerahkan kunci toko kepada kedua orang anaknya, pedagang ini berpesan "Nak...kalau kamu ingin sukses seperti bapak, ingat dan lakukan pesan bapak ini, 1. jangan pernah menagih kepada orang yang berhutang kepadamu, 2. kalau berangkat pulang atau pergi ke toko jangan sampai terkena cahaya matahari. Lakukan pesan bapak ini, pasti kamu berhasil".

Demikian kedua orang anak ini memegang pesan ayahnya dengan teguh.

Setahun kemudian, sang pedagang berkunjung ke toko anak2nya, yang pertama dikunjungi adalah si Ugal. Pedagang ini gembira, karena toko yang dikelola Ugal rame, maju dan stok barang banyak. "Bagus Ugal, kamu telah berhasil mengelola toko ini dengan baik," jawab Ugal "Wah itu karena saya melakukan pesan ayah dengan disiplin, sehingga saya bisa sukses mengelola toko ini, terima kasih ayah". Si Pedagang pulang ke rumah dengan bahagia.

Selang beberapa hari sang pedagang mengunjungi toko si Agil, Pedagang ini kaget, karena toko yang dikelola Agil sepi, stok barang nda banyak, aura toko terlihat suram. "Mengapa tokomu ini sepi Agil ?" Jawab Agil "Wah ini terjadi karena saya melakukan pesan ayah dengan disiplin, sehingga saya tidak bisa sukses mengembangkan usaha ini" Si Pedagang pulang ke rumah dengan sedih.

Apa yang terjadi ?????

Rumus si Ugal menjalankan pesan sang ayah : 
  1. Tidak memperkenankan pembeli untuk berhutang, namun si Ugal menjual barang dengan harga lebih murah, meski mendapat keuntungan lebih sedikit.
  2. Berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam, sehingga toko si Ugal buka lebih dulu, tutup terakhir.
Rumus si Agil menjalankan pesan sang ayah : 
  1. Tergiur keuntungan yang lebih tinggi, si Agil memperkenankan pembeli untuk berhutang dan ketika banyak yang macet si Agil kebingungan karena tidak bisa menagih dan ndak bisa kulak'an barang lagi.
  2. Berangkat ke toko dan pulang ke rumah naik taksi supaya ndak kena matahari, sehingga pengeluaran tidak terkontrol, tidak hemat.